Kunjungan seperti ini jarang dilakukan dan seringkali menimbulan masalah. Sebab selain Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, kasus-kasus seperti ini acap menimbulkan luka bagi banyak kamu Muslim Indonesia. Kunjungan ke Israel seperti ini sering menimbulkan gejolak dalam negeri. Tahun 1994 lalu, di dalam negeri sempat diguncang demo setelah hadirnya empat tokoh masyarakat — Abdurrahman Wahid (NU), Habib Chirzin (Muhammadiyah), Djohan Effendi (Depag) Bondan Gunawan (Forum Demokrasi) akibat kehadiran mereka dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Institut Harry S Truman.
——————————————————-
Sebuah Pengkhianatan Terhadap Bangsa Palestina: Cendekiawan Muslim Indonesia “Berjabat Tangan” dengan Israel.
Lima rombongan asal Indonesia itu, mewakili dua organisasi Islam; Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.
Meskipun Israel dan Indonesia tak memiliki hubungan diplomatik, lima delegasi cendekiawan Muslim asal Indonesia baru-baru ini dikabarkan telah menemui Presiden Israel, Shimon Peres. Jumat (7/12) kemarin, mereka dikabarkan telah bertemu dengan orang nomor satu Israel tersebut.
Sebagaimana dikutip Koran Jerussalem Post hari Sabtu, (8/12), lima rombongan Indonesia itu akan menghabiskan waktu selama seminggu di bawah sponsor Simon Wiesenthal Center dan LibForAll Foundation.
Lima romongan asal Indonesia itu, kata Jerussalem Post , mewakili dua organisasi Islam; Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.
Syafiq Mugni, salah sorang wakil Muhammadiyah yang disebut-sebut ikut hadir. Ia mendapat hadiah dari Peres sebuah kippa yang dirajut dengan kata “shalom” dalam bahasa Ibrani yang artinya ‘Kedamaian’. Kippa, yang dikenal sebagai symbol baju keagamaan dalam agama Yahudi itu langsung disematkan Peres kepada para tamu-tamu asal Indonesia itu distiap kepala mereka.
Selanjutnya, mereka melanjutkan pembicaraan seputar berbagai topik termasuk ekonomi, politik, agama dan perayaan hari jadi Israel ke 60.
Di sela-sela pembicaraan itu, Peres meramalkan, karena Indonesia adalah satu republik kepulauan yang banyak dikelilingi air, maka, Indonesia kelak akan menjadi Negara paling makmur di dunia. Ini karena, tidak banyak Negara didunia yang menjadi pengekspor air. Peres juga menambahkan, Indonesia adalah salah satu Negeri yang kaya akan sinar matahari. Dengan ini, Indonesia bisa menjadi bangsa yang memanfaatkan energi matahari.
Peres menambahkan, Israel akan berbahagia untuk masuk dan berhubungan dengan Indonesia serta mengundang para pemimpin Indonesia. Kemungkinan besar, beserta para pemimpin dunia, ia akan mengundang kembali ke Israel untuk melakukan ‘doa untuk kedamaian’ di saat Negeri Zionis ini akan memperingati hari jadinya ke 60 nanti.
Peres sendiri diharapkan mengeluarkan suatu panggilan kepada kaum Yahudi di seluruh dunia untuk menghadiri peraaan Shabbat di sinagog terdekat pada Hari Kemerdekean Israel nanti.
“Kami akan mempersilahkan semua anak Abraham untuk datang dan bersembahyang untuk perdamaian,” katanya. “Akan menjadi demonstrasi diam untuk persatuan,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Peres juga mengatakan, musuh Israel bukanlah Islam, tapi “terror”. Tak jelas, apa maksud dari basa-basi peres itu. Sebab di saat yang sama, ia juga menembaki warga Palestina.
Sementara itu, Syafiq Mugni yang juga Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah ini ikut menjelaskan tentang Indonesia menyangkut perkembangan ekonominya, demokrasi dan sistem kependidikannya.
“Kami berharap jalan setapak ini akan berjalan lebih cepat,” katanya. “Kami mempunyai masalah ekonomi, tetapi kami juga mempunyai masalah mentalitas.” Menurut Syafiq, dirinya berharap Muslim Indonesia semakin toleran meski sebagaian juga masih ada yang menentang demokrasi.
Semantara wakil NU, Abdul A’la, yang sependapat dengan Syafiq. Ia mengatakan, masih ada kelompok kecil “ekstrimis-ekstrimis”, tetapi ia menekankan, dengan nilai-nilai Islam, harus ada rasa damai. “Kita tidak bisa hidup tanpa damai,” tambahnya.
Rombongan ini juga berbagi pengalaman bersama mereka dalam berbicara masalah Palestina dan menyetujui manfaat timbal balik hubungan keduanya. Menurut mereka, Palestina-Israel akan lebih baik jika tidak ada konflik atau kekerasan. “Kita berdoa bagi ini,” kata Syafiq.
Ditemani Kepala Wiesenthal Center Associate, Rabbi Abraham CooPeres dan CEO, LibForAll Foundation, C.C. Holland Taylor, delegasi cendekiawan Muslim ikut serta dalam suatu upacara cahaya lilin Hanukka yang diikuti dengan tarian di hesder yeshiva di Kiryat Shmona, mengunjungi Masjid al-Aqsa di Yerusalem menyusul pertemuannya dengan Peres. Selain itu, mereka juga mengunjungi sekolah anak-anak di Sderot yang berhadapan langsung dengan Jalur Gaza.
Hingga berita ini ditulis belum jelas benar, siapa-siapa saja data lengkapnya yang ikut hadir dalam kunjungan itu. Hanya saja, yang sering disebut-sebut oleh beberapa media asing adalah; Dr. Syafiq Mughni, Ketua Pimpinan Wilayah (PWM) Muhammadiyah Jawa Timur, salah satu pengurus PB NU, Abdul A’la, CEO, juga LibForAll Foundation, C.C. Holland Taylor. LibForAll, LibForAll Foundation pernah disebut-sebut media sebagai lembaga Zionis yang berkedok memperjuangkan “Liberalisme dan Pluralisme” di Indonesia. Sedang dua nama lainnya belum teridentifikasi.
Kunjungan seperti ini jarang dilakukan dan seringkali menimbulan masalah. Sebab selain Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, kasus-kasus seperti ini acap menimbulkan luka bagi banyak kamu Muslim Indonesia.
Kunjungan ke Israel seperti ini sering menimbulkan gejolak dalam negeri. Tahun 1994 lalu, di dalam negeri sempat diguncang demo setelah hadirnya empat tokoh masyarakat — Abdurrahman Wahid (NU), Habib Chirzin (Muhammadiyah), Djohan Effendi (Depag) Bondan Gunawan (Forum Demokrasi) akibat kehadiran mereka dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Institut Harry S Truman.
Selain melahirkan demo besar-besaran, kehadiran mereka juga mengikarkan kemarahan pemerintah. Menlu Ali Alatas dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) kala itu, menyesalkan kunjungan ke Israel itu.
Pihak Departemen Luar Negeri, menurut Alatas, serasa “kecolongan” atas kepergian mereka dan tak pernah minta izin.
“Ini apa-apaan, Deplu RI tak tahu menahu soal itu. Gus Dur pergi ke Israel sama sekali tanpa sepengetahuan Deplu,” kata Menlu Alatas, “Kalaupun dia meminta izin Deplu untuk ke Israel, pasti akan saya tolak. Masa nggak ngerti,” begitu pernyataan Alatas kepada wartawan seusai menghadiri acara penganugerahan Bintang Mahaputra Adipradana untuk almarhumah Ibu Fatmawati di Istana. Bagi Alatas kala itu, keberatan pemerintah, karena kebijakan Indonesia dengan Israel masih belum berubah. Termasuk hari ini. [Sumber: oleh Arby pada Monday, 10/Dec/2007]
Inilah wajah-wajah mereka:
dikasih jalan2 jalan ajah kok mau yah…
cape…deh
pikirnya kapan lagi dapat liburan gratis, apalagi kalo sampai di servis “all in” disana wah tambah semangat kali!
beginilah mentalitas pemimpin umat Islam kita, jadi perlu belajar banyak kepada hizbullah dan hamas…
hati-hati dengan penjilat dan musuh dalam selimut seperti yang ada diatas tersebut, Ya Allah buka kan mata hati mereka yang telah menyakiti umat islam diseluruh dunia, amin3x
Assalamu alaikum…Wr. Wb
saya sangat terkejut dengan berita ini. dan saya semakin merasa bahwa indonesia yang lebih banyak di dominasi oleh umat islam ternyata sama sekali bullshiittt…
indonesia cocoknya disebut lebih banyak penduduknya yang iblis daripada yang muslim. karena hanya iblis yang mau bekerjasama dengan iblis…
wassalamu alaikum wr. Wb
Di kaji dulu lebih mendalam baru dimengerti disertai bukti yang valid terus beropini terus di publikasikan. Misal kedatangan mereka apakah betul kunjungan sebagai utusan dari Indonesia dan di beayai dengan negara. Kapasitas mereka waktu datang kesana sebagai apa? Ini yang musti di kaji yang dalam dan musti di buktikan secara valid. Jadi tidak hanya trus di publikasikan agar tidak menjadikan fitnah yang membentuk opini publik berdasar apriori semata. Selamat mengkaji dengan obyektif dan benar…………
———————————————————-
Islam Syiah:
Sebagai apa saja mereka datang, kedatangan mereka ke Israel adalah -paling minim- sebagai bukti bahwa mereka ‘mengakui’ keberadaan ‘negara’ yang dihasilkan dari merampas hak-hak rakyat Palestina. Bukankah prembule UUD kita telah menyatakan lepas tangan dari berbagai bentuk penjajahan di atas dunia? Apakah mereka sebagai seorang muslim layak mendatangi ‘negara’ yang setiap hari membunuh saudara-saudara mereka, setelah merampas hak-hak mereka.
Saya pikir apa yg disampaikan mas cimoudh di atas ada benarnya. Harus tau apa tujuan mereka datang ke sana. Bukankah mereka adalah tamu? Apakah tamu harus selalu identik dengan tuan rumah? Bukankah tamu-tamu yang datang ke blog ini juga bukan hanya Syiah? Bukan hanya yang sepaham dengan Syiah? Bahkan ia juga malah adalah anti Syiah? Apakah teman-teman anti Syiah akan mengatakan, “Hei kalau kamu masuk ke blog Syiah, maka kamu juga sama seperti Syiah!” Padahal yang anti Syiah masuk ke blog ini hanya ingin menegur dan mengkritisi tulisan Syiah. Begitu sebaliknya jika penganut Syiah masuk ke blog Wahaby yang berisi propanda-proganda busuk mengenai Syiah, apakah lantas ia dituduh Wahaby? Tidak bukan?
Saya juga teringat prilaku Nabi saw dalam menghadapi kafir Qurays dan Yahudi Medinah. Apakah Beliau tidak pernah berkomunikasi dan tidak pernah melakukan perjanjian perdamaian dengan 2 kelompok ini? Bukankah perjanjian Hudaibiyah yang Beliau sepakati dengan kafir Qurays memperoleh pertentangan keras dari sahabat-sahabat Beliau pada waktu itu? Bukankah selama di Medinah Beliau mampu menjaga hubungan dengan kaum Yahudi bahkan setelah mengetahui bagaimana sifat-sifat buruk mereka?
Mencermati fakta-fakta dan contoh seperti ini, sejatinya perlu bagi kita membaca lebih arif peristiwa kunjungan tokoh-tokoh Indonesia ke Israel ini.
Mohon maaf jika keliru.
Salam
Saya memahami betul maksud anda, tetapi kenyataannya tidak semacam itu. Terdapat perbedaan antara interaksi Nabi serta sahabat-sahabat beliau dengan kaum Yahudi zaman itu, dengan kunjungan para tokoh itu ke wilayah Palestina yang terampas. kita lihat, posisi dan status Nabi dan para sahabat sewaktu berinteraksi dengan mereka (Yahudi) kala itu dengan posisi dan status para tokoh itu di hadapan Zionis? Anda tahu maksud saya bukan?
Zionis selama ini juga melancarkan gerakan Zionisasi kaum muslim yang dianggap Liberal. karena dengan keliberalannya itulah akhirnya misi Zionisasi itu bisa terlaksana. Zionisasi bukan berarti muslim tadi lantas jadi Yahudi. Karena kita harus bedakan antara Yahudi dengan gerakan Zionis. Berapa banyak Rabi Yahudi yang menentang sistem gerakan politik Zionisme dan dilarang datang ke Yarusalem? Zionisasi adalah gerakan mencuci otak kaum muslim untuk menerima beberapa doktrin Zionis (bukan Yahudi) untuk menguatkan posisi Zionis di mata kaum muslimin. Anda tahu khan, bagaimana orang seperti Gus Dur tanpa melakukan penelitian ilmiah terlebih dahulu lantas tiba-tiba mengatakan “Holocaust itu pernah ada. Lha wong saya melihat sepatu-sepatu peninggalan mereka kok?!”. Lha sekarang kita tanya sama Gus Dur, tahu dari mana itu sepatu mereka korban holocaust? Taruhlah Holocaust pernah terjadi, terjadi di mana? Di Eropa khan? Lantas kenapa imbasnya (korban balas dendam) adalah muslim Palestina? Apakah Gus Dur melakukan apa yang dilakukan Rasul dan sahabat untuk beramar makruf kepada kaum Zionis? Eh gak malah Amar MAkruf Nahi Munkar, malah menjadi pejabat di salah satu organisasi mereka.
Anda juga lihat, betapa banyak lembaga, LSM dan organisasi islam yang disokong biaya oleh The Asia Foundation yang ujung-ujungnya juga Zionis? Kalau seorang muslim sudah merasa hutang budi dengan seseorang (yang dalam hal ini adalah Zionis) maka ia akan berbaik hati dengan yang dihutangi budi tadi. Bahkan, akan melupakan kesalahan-kesalahannya. Anda baca sekarang ini tulisan Lutfi as-Syaukani pasca kunjungannya ke Wilayah Palestina yang terampas di situsnya.
Belum lagi, apa yang dilakukan oleh yang mengaku muslim seperti Raja Abdullah Saudi. Baru-baru ini mengadakan apa yang mereka sebut dengan “Dialog antar Agama” (di gedung PBB) yang tidak mengundang Rabi-Rabi Yahudi, eh malah ngundang Simon Peres ketua Zionis. Ini juga menuai protes dari kalangan Yahudi anti Zionis di USA sendiri. Apakah ini “Dialog antar Agama” ataukah “Dialog Pemimpin Politik Pengatasnama Agama”? Kita semua tahu posisi dan status para pemimpin negara muslim di hadapan Zionis Israel dukungan penuh USA…mereka (pemimpin muslim) tunduk patuh di hadapan USA untuk mengakui Israel, apalagi Saudi yang gak bisa hidup tanpa USA. Apakah posisi rendah dan status bawahan yang dimiliki pemimpin muslim selama ini di hadapan USA dan Zionis itu juga dulu status dan posisi yang dimiliki Rasul serta sahabat-sahabatnya? Tentu beda. Walaupun Rasul beserta sahabat adalah kelompok minoritas, namun mereka adalah kelompok yang disegani sehingga dapat tegas dengan kelompok non muslim manapun. berbeda dengan pemimpin muslim sekarang ini makanya gak bisa disamakan. Jangankan cendekiawan Indonesia, pihak Palestina sendiri (seperti Mahmud Abbas yang selalu dibodoh-bodohi Israel) gak mampu. Makanya kenapa Masyarakat Palestina banyak yang gak simpati sama Abbas dan justru memilih HAMAS sebagai alternatif gerakan sehingga hasil Pemilu membuktikan bahwa Ismail Haniah terpilih secara demokratis sebagai pemimpin, itu karena mereka pada kesimpulan bahwa; berbicara dengan ISrael sudaj tidak lagi dapat menggunakan “Kekuatan Argumentasi”, tetapi sudah harus pakai “Argumentasi Kekuatan”.
Mas, bangsa PAlestina ini dizalimi bukan setahun dua tahun ini lho…!? Jauh sebelum berdirinya ‘negara’ (hasil rampokan) pada tahun 1948, masyarakat Palestina sudah teraniaya. Sudah bisa dipastikan (karena hasil pengalaman puluhan kali), setiap perjanjian antara Israel-Palestina mesti bakal kandas di tengah jalan. Itu semenjak zaman Yasir Arafat dulu. Trus apakah dengan kunjungan cendekiawan muslim Indonesia yang dibiayai penuh oleh Zionis Israel lantas mereka bisa beramarmakruf Nahi munkar kepada Zionis? Apakah posisi dan status mereka bisa disamakan dengan interaksi Rasul beserta Sahabat? Ya nanti dulu. Lutfi Syaukani adalah contoh yang nyata karena dia menulis hasil kunjungannya yang cenderung menjelekkan muslim Palestina dan memuji Israel habis-habisan.
Akhirnya, Israel kena batunya dengan Hisbullah, karena ia hendak ekspansi ke Lebanon. Mitos kaum Yahudi yang pemberani, cerdik dan pintar yang tidak ada yang mengalahkan ternyata BUBAR. Itu baru hisbullah yang berupa ORMAS biasa. Belum lagi negara seperti Iran yang tidak mau tunduk sedikitpun kepada USA, apalagi Israel. Israel mau menggunakan bahasa kekuatan ngelawan Iran? Ya kalau ingin gulung tikar ya silahkan saja…tapi Israel tidak sebodoh itu. Kini, hanya Iran yang dapat menandingi USA dan Israel, dari sisi posisi dan status sehingga dapat melaksanakan perintah dan contoh dari ayat: “Asyidda’u alal Kuffar wa ruhamaa’u bainahum“. Bukankah tiap hari penduduk -terkhusus muslim- Palestina selalu dianiaya, diusir, dirampas dan bahkan dibunuh? Sedang pemimpin negara muslim lain justru logika tindakannya dibalik: “Berbaik hati kepada musuh Allah dan tegas dengan sesama muslim“. Inilah yang dipakai juga oleh para cendekiawan yang datang ke Israel itu, karena balas budi kebaikan Zionis Israel kepada mereka.
Tanggapan yang bagus. Thanks.
Saya baru baca kesan-kesan salah satu tokoh Indonesia yang berkunjung ke Israel Luthfi Syaukani di tulisan mas: https://islamsyiah.wordpress.com/2008/12/17/komentar-untuk-beberapa-catatan-dari-israel-luthfi-assyaukani/
Saya mohon maaf jika komen saya sebelumnya terlalu naif dan tampak bodoh 🙂 Bagaimana pun tidak pantas seorang tokoh Islam yang sudah mengenal kebiadaban Zionis tega melakukan propanda dengan memuji-muji musuh dan mendiskretkan umat Islam (Tolong pak Luthfi kesan-kesan ini disampaikan secara teratas tidak dipublikasikan *terlambat*).
Sekali lagi terima kasih atas informasi-informasinya.
Salam
Masalah persengketaan tanah antara warga Muslim & Yahudi di Pelestin bermula pada saat Daulah Khilafah Usmaniyah di Turki mengalami kehancuran akibat propaganda kafir Barat.
Hal tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Teodhore Hertz dkk yang menghasut warga Yahudi agar menguasai tanah Palestin.
Cara paling efektif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah mengembalikan hak pengelolaan tanah tersebut kepada pemilik terakhir yang sah, yaitu Daulah Khilafah.
Tanah Palestin adalah tanah wakaf yang diserahkan secara ikhlas dari pemilik sebelumnya kepada Khalifah Umar ra. & kemudian dibebaskan kembali dari tangan penjajah oleh Khalifah Muhammad al Fatih.
Bisa saja saudara Muslim kita di Pelestin lari & mengungsi ke negara lain agar selamat, namun hal itu tidak mereka lakukan, karena mereka telah bersumpah untuk merelakan jiwa mereka guna melindungi tanah wakaf milik Daulah Khilafah, hingga Daulah Khilafah bangkit kembali.
Wahai Saudara Muslim di manapun juga, relakah kalian berlama-lama membiarkan penderitaan saudara muslim kita di Palestin terus berlarut-larut?
Wahai Saudara Muslim di manapun juga, marilah kita tegakkan Khilafah sekarang juga!
Agar Saudara kita, baik umat Muslim maupun Yahudi, dapat kembali berdamai seperti sedia kala!
Agar berbagai masalah yang melanda kita saat ini dapat teratasi!
Dan yang terpenting, agar hukum Allah dapat ditegakkan kembali di muka bumi ini!
Masya allah…
Soal pandangan obyektif sebetulnya cukup lumrah di Indonesia. Kalau tidak, mana mungkin Indonesia – terutama muslimnya – mencegah Piagam Jakarta masuk dalam Pancasila. Sayangnya kecerdasan intelektual & emosional itu (aqli & naqli) tidak dirawat dengan baik sehingga Indonesia sekarang seolah tidak punya kecerdasan apa-apa – bisanya cuma ternganga melihat bangsa lain yang sepertinya lebih cerdas dari bangsa Indonesia.
Padahal, penulisnya sendiri (Sdr. Luth) menemukan kenyataan bahwa seorang rabbi dari bangsa yang dia bilang penuh kehangatan dan humoris itu mengaku koleksi leluconnya kalah jauh dibanding Gus Dur yang adalah bangsa Indonesia; ungkapan “more jewish than me” berkonotasi Gus Dur (Indonesia) ‘lebih cerdas’ dari si rabbi (Israel). Ini adalah sebutir kenyataan yang seharusnya bisa menghindarkan si penulis dari kecerobohan mencemooh bangsa Indonesia – terutama umat Islamnya – dengan ungkapan: “kebodohan yang tak tertanggulangi”.
Okelah orang Israel itu cerdas-cerdas menurut dia. Tapi jelas tingkat kecerdasan mereka tidak pernah bisa membedakan mana yang orang bersenjata (umumnya lelaki dewasa) dan mana yang perempuan serta anak-anak tak bersenjata (sipil). Sementara, pembantaian di Gaza hari ini bukan yang pertama, Israel juga membantai di Jenin (2002) serta Sabra & Shatila (1982). Lalu apa ukuran kecerdasan untuk bangsa yang mencari jarum dengan membakar gudang jerami?
Laporan perjalanan itu kelihatannya dibikin dengan semangat melucu kok. Lihat saja si penulis bisa sangat memahami sikap petugas imigrasi Israel (mestinya tak bersenjata) yang serius, tegas, bahkan keras. Sebaliknya, timbul hasrat dia untuk meledak ketika tentara Yordania (pasti bersenjata) tersenyum mempersilakannya lewat tanpa harus mengucap passwords.
Yah, lagi-lagi saya diberikan kesempatan untuk melihat perpecahan dari kalangan elite-elite Islam. Sungguh sedih, tapi itu harus saya dengar dan saya lihat. Namun kesedihan itu semakin bertambah lagi, saat kita saling mengejek, saling menuding. Saya sangat tidak sependapat dengan elite-elite Islam Indonesia yang malah terkesan membela Israel yang jelas-jelas memusuhi kita. Tapi saya juga tidak sependapat jika kita hanya menjelek-jelekkan mereka. Wallahu A’lam apa yang mereka rencanakan. Saya kira lebih baik kita saling nasihat menasihati umat Islam yang salah. Mungkin yang bisa bertemu langsung dengan para elite2 tadi, langsung saja bertanya, membuktikan kebenarannnya, dan kalau ternyata mereka memang salah, kita berikan nasihat dan saran yang baik dengan ikhlas, tanpa permusuhan, dan tanpa kita merasa menang. Islam tidak mengenal aliran, mazhab, dan sebagainya. Tidak ada satu ayat AlQuran atau hadits yang mengatakan Islam ada Sunni, Syiah, NU, Muhammadiyah, Salafy, dsb. Yang ada hanya siapa yang telah Mengakui Allah satu2nya Tuhan yang disembah dan Muhammad adalah RasulNya, adalah Muslim. Dan sesama Muslim adalah bersaudara.
Mari kita hilangkan permusuhan, kita adalah saudara seiman, lebih dari saudara sedarah. Islam sedang menjemput era kebangkitan. Kita sedang ditertawakan para musuh kita yang mungkin telah menyusupkan para pejuang mereka ke dalam tubuh aliran2 Islam. Dan mungkin para penyusup itu telah menjadi ulama besar, penulis terkenal, ataupun tokoh2 cendekiawan, dsb. Jangan lebih mempercayai buku2 yang ditulis para ulama kita melebihi dari ajaran AlQuran. Manusia tidak akan lepas dari salah dan dosa, bahkan para Ulama sekalipun. Saya tidak pernah menjumpai dalam AlQuran satu ayatpun yang mengatakan para ulama pasti tidak pernah berdosa. Maka cukuplah kita berhati2, kalau memang mungkin kita nasihati para ulama yang mungkin salah itu, kalau toh mereka adalah musuh yang disusupkan, mudah2an mereka sadar.
Kita semua bersaudara, kita semua Islam, hanya Islam!
Allahu Akbar!
————————————————————
Islam Syiah:
Mas, secara umum anda betul, namun kita juga harus ingat bahwa pada setiap zaman terdapat musuh-musuh dalam selimut yang dalam masa Rasul dulu disebut MUNAFIK. Jangan takut untuk bertegas dengan kaum munafik semacam itu, walaupun mereka secara zahir saudara kita sesama muslim. Karena Allah dan Rasul-Nya telah memberi ciri-ciri dan tanda-tanda zahir mereka! Yuk kita baca lagi ayat-auyat dan hadis yang menjelaskan ttg kaum munafik itu!?