Di era globalisasi ini salah satu tugas berat yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim adalah berjuang dan tiada perjuangan yang lebih utama disaat ini kecuali berjuang untuk mempertahankan kebudayaan Islam yang terus menerus digerus oleh Barat. Dalam konsep perjuangan Islam ada beberapa perjuangan yang dikhususkan untuk pria saja seperti perjuangan fisik membela negara. Akan tetapi ketika modus perjuangannya adalah mempertahankan budaya Islam, maka hal itu adalah taklif ilahi bagi pria dan wanita, dimana hukumnya sama dengan perjuangan melawan hawa nafsu (jihad annafs) yaitu wajib aini (kewajiban atas setiap individu).
————————————————————————————-
Era Kebangkitan Islam dan Kaum Muslimin
Oleh: Muchtar Luthfi
Setiap pergesekan yang terjadi di berbagai bidang -khususnya dalam budaya- secara alami sedikit banyak pasti akan berpengaruh pada komunitas muslim yang mengakibatkan lemahnya pengaruh budaya Islam. Dan akhirnya bermuara pada semakin menipisnya keyakinan keagamaan dan sensifitas mereka terhadap norma-norma agamis yang ada dalam syariat. Juga rasa kurang percaya diri yang merata dan acuh tak acuh terhadap agama. Di penghujung abad-20, isu tentang gejolak kebangkitan Islam semakin santer. Hal ini ditandai dengan banyaknya kelompok muslim melakukan berbagai aktivitas demi tercapainya era kebangkitan yang tentu sangat diidam-idamkan setiap muslim diseluruh penjuru dunia. Disisi lain, isu kebangkitan Islam ini digambarkan oleh Barat dan musuh-musuh Isalm dengan drakula penghisap darah yang akan mengancam kemapanannya. Kebangkitan yang selalu menghantui Barat ini dirasakan akan mengancam dan merongrong kelangsungan hidup budaya yang mereka hasilkan dari jerih payah mereka sepanjang zaman dalam mengais sampah-sampah budaya-budaya Yunani klasik.
Jerih payah Barat adalah menghidupkan kembali budaya-budaya Yunani klasik lalu mengadopsinya sebagai budaya mereka sampai sekarang ini. Itu semua mereka lakukan karena mereka merasa bahwa budaya asli yang mereka miliki -sejak awal abad pertengahan sampai menjelang era renaisans- tidak dapat membawa mereka pada kemajuan berfikir dan berkreasi. Entah apakah karena kecemburuan ataukah kedengkian mereka terhadap Islam, yang budayanya masih tetap terjaga dengan baik dan pernah jaya, sebagaimana diakui Well Durant, dalam bukunya “Sejarah peradaban” (The History of Civilization), Barat telah banyak belajar dari hal tersebut.
Serangan kebudayaan yang dilakukan Barat dengan melontarkan berbagai persoalan-persoalan yang menjadi pekerjaan rumah umat Islam, mengindikasikan ada interest kuat untuk menggoyahkan dan memberikan keraguan atas keyakinan kaum muslimin tentang eksistensi, esensi manusia dan kehidupan. Mereka berusaha untuk meragukan norma dan akidah Islam yang benar dan sesuai dengan ajaran para kekasih Ilahi (as) dengan sesuatu yang berlandaskan nafsu hewani mereka.
Perlu diingat bahwa budaya Islam terdiri dari dua hal. Pertama, berhubungan dengan prinsip keyakinan. Kedua, norma-norma keagamaan yang berhubungan dengan perilaku individual dan sosial manusia. Karena memang dua hal inilah yang paling berkesan dalam kehidupan manusia. Musuh-musuh Islam berusaha mengkonsentrasikan diri mereka untuk merusak keimanan kaum muslimin -berkaitan dengan dua perkara diatas- dengan melontarkan keraguan dan subhat hingga kaum muslimin kehilangan sensifitas dan kecemburuan mereka akan Islam. Dengan memberikan perubahan bertahap dalam norma-norma agamis yang ada dalam syariat Islam dengan norma-norma yang lain. Mereka memilih metode ini, karena mereka tahu bahwa komunitas muslim diseluruh penjuru dunia sangat menjunjung tinggi norma-norma keislamannya hingga pada batas kesyahidan (martyrdom).
Dalam konsep globalisasi, dunia yang luas ini telah berubah menjadi seperti satu perkampungan sesak dengan penduduk dimana sistem informasi dan transportasi lebih mudah dan lebih dapat dijangkau. Yang berdampak semakin rentannya pergesekan dalam bidang ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Gesekan dan benturan ini diakui oleh Samuel Huntington dengan teori “The Class of Civilization“, akan berakhir pada pergesekan besar antara budaya Islam dan kristen (Barat).
Setiap pergesekan yang terjadi di berbagai bidang -khususnya dalam budaya- secara alami sedikit banyak pasti akan berpengaruh pada komunitas muslim yang mengakibatkan lemahnya pengaruh budaya Islam. Dan akhirnya bermuara pada semakin menipisnya keyakinan keagamaan dan sensifitas mereka terhadap norma-norma agamis yang ada dalam syariat. Juga rasa kurang percaya diri yang merata dan acuh tak acuh terhadap agama.
Untuk membuktikan hal tersebut kita bisa bandingkan generasi Islam sekarang ini dengan generasi terdahulu. Kita dapat saksikan, ada berapa banyak para “pemikir muslim” yang memiliki kecendrungan kebarat-baratan dengan mengadopsi teori pemikiran humanisme, liberalisme, sekularisme, sosialisme, dan lain-lain. Informasi yang mereka berikan, dikemas sedemikian rupa sehingga dapat meyakinkan masyarakat bahwa semua itu sesuai dengan ajaran Islam. Padahal jika kita telaah lebih dalam, sesungguhnya budaya pemikiran tersebut tumbuh dan berkembang murni di dunia Barat dan tidak memiliki background kultur dan syariat Islam. Hanya saja hasil rekayasa sebagian “pemikir muslim” tersebut menjadi sasaran empuk permainan budaya-budaya Barat, dan sebetulnya inilah yang dikehendaki Barat atas Islam dan muslimin.
Penjajahan budaya ini mampu mengasingkan kaum muslimin dari norma-norma agamanya sendiri, sampai sebagian dari mereka menganggap itu semua sesuai dengan penafsiran mereka tentang ajaran Islam. Artinya Islam telah mengajarkannya, dan sebagian lain beranggapan; “karena ajaran Islam tidak mencakup semua hal positf tersebut, maka apa salahnya kalau kita mengadopsinya, bukankah Islam mengajarkan ‘Ambillah hikmah walau dari orang kafir sekalipun!’(al-Hadis)”. Mereka memiliki proses berfikir liar hingga tidak lagi mengindahkan batasan-batasan logika, keyakinan (akidah) dan norma-norma Islam.
Di era globalisasi ini salah satu tugas berat yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim adalah berjuang dan tiada perjuangan yang lebih utama disaat ini kecuali berjuang untuk mempertahankan kebudayaan Islam yang terus menerus digerus oleh Barat. Dalam konsep perjuangan Islam ada beberapa perjuangan yang dikhususkan untuk pria saja seperti perjuangan fisik membela negara. Akan tetapi ketika modus perjuangannya adalah mempertahankan budaya Islam, maka hal itu adalah taklif ilahi bagi pria dan wanita, dimana hukumnya sama dengan perjuangan melawan hawa nafsu (jihad annafs) yaitu wajib aini (kewajiban atas setiap individu).
Dengan gencarnya serangan budaya Barat yang bertubi-tubi seakan tiada henti maka kaum muslimin harus tetap siaga dan mempersenjatai diri mereka dengan keilmuan dan pengetahuan dengan didasari logika yang baik dan benar dalam menerapkan kaidah-kaidahnya, dan terus melatih diri dalam forum-forum diskusi ilmiah.
Sebagaimana dalam perjuangan fisik, diperlukan berbagai sarana yang berfungsi untuk mempertebal mental dan percaya diri sekaligus berfungsi menjatuhkan mental lawan. Maka perjuangan membela budaya Islam pun memerlukan hal tersebut dengan usaha penyebaran ajaran Islam yang sesungguhnya. Usaha ini akan membangkitkan rasa cemburu dan sensitifitas agamis kaum muslimin atas Islam. Penting dilakukan juga, usaha membuka forum dialog dan menggalang persatuan kaum muslimin, yang merupakan bentuk otentik dari sarana yang kita maksud.[]
Saya dengar nada ini sejakj 10 tahun lalu, namun Islam masih sama. Tertindas…
—————————————
Islam Syiah:
Jika anda melihat realita yang terjadi di dunia, bukan hanya di kampung anda, maka yang terjadi tidak semacam itu. Namun karena mass-media mereka (musuh-musuh Islam) yang menguasainya maka sengaja itu mereka tutup-tutupi sedemikian rupa.
Sejak kemenangan revolusi di Iran, kejadian 11 september, kemenangan perang 33 hari Hisbullah vs Zionis Israel, dan yang terakhir Hamas vs Israel….ditambah lagi guncangan ekonomi yang melanda dunia (terkhusus Amerika dan Eropa) kini kekuatan mereka kian melemah…sedang negara seperti Iran yang tidak terkait dengan perekonomian global, ia -ekonomi dalam negeri- sama sekali tidak terpengaruh dengan resesi ini.
Silahkan anda buka situs-situs yang berkaitan dengan USA dan Zionis secara langsung. Kini mereka mau tidak mau harus mengakui bahwa image mereka kian anjlok sedang Iran (Republik Islam) kian melonjak. Ini yang membuat mereka semakin cemburu teradap Iran. Apalagi kemajuan teknologi dan persenjataan Iran kian lama kian mengkhawatirkan mereka. Padahal Iran selalu diboikot oleh USA dan Eropa.
Tentu akan menjadi sebuah jihad yang suci apabila setiap muslim bahu membahu berjuang mempertahankan kemurnian kebudayaan Islam dari gerusan kebudayaan barat. Akan tetapi, mungkin hal itu terjadi? sedangkan jurang kebencian dalam tubuh Islam (baca:Dunia umumnya dan Indonesia khususnya) atas golongan satu dengan yang lainnya masih cukup besar. Yang mana masing-masing golongan yang seharusnya bernaung dalam satu payung yang bernama Islam berpecah-belah membawa agenda mereka sendiri-sendiri?!
-Sigh-
Insya Allah, semangat perjuangan Revolusi Islam di Iran dapat sekali lagi menjadi barometer dan membawa inspirasi segar ke tidak saja Indonesia tapi seluruh dunia Islam sebagaimana kita lihat pengaruhnya dalam perkembangan Islam di Indonesia diawal tahun 80an.
realita yg kita hadapi tentang penguasaan informasi dimata masyarakat awam masih didominasi oleh barat, namun dengan terbitnya buku “benturan peradaban” merupakan jawaban itu semua bahwa pada akhirnya lambat maupun cepat islam akan menampakkan dominasinya didunia.insyaallah.