Bertahun-tahun kekuatan militer Israel dengan bantuan Amerika dan Eropa dipromosikan sebagai tentara tak terkalahkan dan pada prakteknya memang demikian. Negara-negara Arab pernah bersatu untuk menghadapi Israel, namun mereka kalah. Pada perang 33 hari, para pengamat militer dan politik memperkirakan bahwa Hizbullah akan menghadapi nasib yang sama. Apa lagi dengan melihat kemampuan militer Israel. Akan tetapi, apa yang terjadi adalah sebaliknya. Dalam 33 hari Hizbullah mampu menghadapi pasukan Israel dan bahkan keluar sebagai pemenangnya.
———————————————————————–
Ayatullah Misbah Yazdi: “…dan S Hasan Nasrullah adalah tentara S Ali Khamene’i…(pemimpin spiritual dan politik REpublik Islam Iran)”
“Sekalipun telah dikenal sebagai tokoh dunia, Sayyid Hasan Nasrullah tetap menganggap dirinya sebagai salah satu tentara Sayyid Ali Khamane’i.”
Bertahun-tahun kekuatan militer Israel dengan bantuan Amerika dan Eropa dipromosikan sebagai tentara tak terkalahkan dan pada prakteknya memang demikian. Negara-negara Arab pernah bersatu untuk menghadapi Israel, namun mereka kalah. Pada perang 33 hari, para pengamat militer dan politik memperkirakan bahwa Hizbullah akan menghadapi nasib yang sama. Apa lagi dengan melihat kemampuan militer Israel. Akan tetapi, apa yang terjadi adalah sebaliknya. Dalam 33 hari Hizbullah mampu menghadapi pasukan Israel dan bahkan keluar sebagai pemenangnya.
Partu Az Sukhan: Belakangan ini kami mendapat informasi bahwa Anda melakukan kunjungan ke negara Suriah, Kuwait dan Lebanon. Sudikah menjelaskan apa tujuan perjalanan ini dan atas undangan siapa?
Ayt. Misbah Yazdi: Bismillahirrahmanirrahim. Setelah kemenangan Hizbullah dalam perang 33 hari menghadapi Israel, Majma Jahani Ahli Bayt memutuskan untuk mengucapkan selamat kepada Sayyid Hasan Nasrullah. Keputusan ini dilaksanakan dengan mengutus beberapa orang untuk tujuan yang telah disebutkan. Khususnya, Sayyid Hasan Nasrullah juga duduk dalam Dewan Tinggi Majma Jahani Ahli Bayt. Sekjen Majma yaitu Bapak Akhtary menjadi duta besar sementara Iran di Suriah selama setahun. Saya bersama ketua Departemen Budaya Majma Jahani Ahli Bayt Bapak Rais Zadeh menuju Suriah dan bersama-sama dengan Bapak Akhtary menuju Lebanon. Perlu saya sampaikan bahwa untuk menemui Sayyid Hasan Nasrullah bukan hal yang mudah. Karena beliau senantiasa dalam ancaman. Israel memberikan harga tinggi bagi siapa yang dapat menerornya. Alhamdulillah, sampai saat ini usaha ini selalu gagal dan insya Allah tidak akan pernah berhasil.
Pada akhirnya, Bersama Bapak Akhtary kami menuju Lebanon dan akhirnya kami mendapat kesempatan menemui Sayyid Hasan Nasrullah. Setelah pertemuan dengannya, kami diajak melihat kawasan perang. Khususnya, kawasan yang berbatasan dengan Israel dan dengan mudah kami dapat melihat pasukan Israel. Kami juga mengunjungi pusat komando di kota Sur yang dibom oleh tentara Israel. Bangunan bertingkat yang diratakan dengan tanah. Sampai saat ini ditengarai masih ada jasad yang tertinggal. Untuk mengeluarkan mereka ada dua cara; pertama, membom tempat itu dengan catatan para jasad yang ada di sana juga bakal hancur. Kedua, dibutuhkan buldoser besar untuk dapat mengangkat puing-puing yang ada sehingga perlahan-lahan jasad yang ada di dalamnya dapat dikeluarkan. Pemboman yang dilakukan sedemikian hebatnya, sehingga besi beton yang ada seperti dipres, bahkan di sebagian tempat besi-besi beton itu meleleh. Sebulan lewat dari peperangan, diperkirakan ada 30 jasad yang tertimbun bangunan.
Tujuan ke Suriah dan Lebanon adalah belajar dari ucapan-ucapan dan semangat Sayyid Hasan Nasrullah di samping menyampaikan ucapan selamat.
Partu Az Sukhan: Sebagaimana telah Anda sebutkan sebelumnya, salah satu agenda terpenting perjalanan Anda adalah bertemu dengan Sayyid Hasan Nasrullah. Dengan melihat bahwa beberapa tahun sebelumnya Anda pernah bertemu dengan beliau, pada perjalanan kali ini, bagaimana pendapat Anda tentang Sayyid Hasan Nasrullah?
Ayt. Misbah Yazdi: Setelah syahadah Sayyid Abbas Musawi, Sayyid Hasan Nasrullah diangkat oleh Rahbar menggantikan Sayyid Abbas Musawi di Dewan Tinggi Majma Jahani Ahli Bayt. Saya kemudian diundang ke Lebanon untuk memberikan pencerahan pada kader Hizbullah dengan kajian akidah dan masalah-masalah ideologi. Kajian-kajian tersebut kemudian dibukukan dan dicetak, setelah itu diterjemahkan ke dalam bahasa parsi. Sayyid Hasan Nasrullah sungguh memiliki kepribadian yang luar biasa. Perlu waktu untuk memahami ide-ide dan pandangannya begitu juga untuk menjelaskan kepribadiannya. Ia menjadi sekjen Hizbullah dalam usia muda, namun telah menunjukkan kecakapannya, manajer dan politikus ulung, berani dan memiliki keimanan dan ketakwaan yang luar biasa dan sifat-sifat lain yang memang dimiliki oleh seorang pemimpin pada kondisi sulit dan Allah memberikan itu padanya.
Sayyid Hasan Nasrullah pernah belajar di Qom (Iran .red) dan ikut serta dalam perang delapan tahun Iran melawan Irak. Saya sempat membayangkan beliau sebagai pemimpin agamis yang masih muda, namun mampu mengatur perang dahsyat seperti ini yang tidak mampu dilakukan oleh seorang pemimpin sebuah negara, apalagi kelompok kecil yang tidak memiliki kemampuan apa-apa. Kemenangannya membuat ia begitu terkenal di dunia Islam, bahkan juga di negara-negara selain Islam. Saat ini kaum Kristiani Lebanon mencintainya. Saya kembali lagi membayangkan bahwa seseorang yang mendapatkan nikmat yang seperti ini, perlahan-lahan perilakunya bakal berubah. Namun, apa yang menjadi keheranan saya adalah bukannya Sayyid Hasan Nasrullah tidak berubah sedikit pun dan tidak merasa dirinya sebagai orang besar, bahkan yang saya saksikan, kerendahan hatinya semakin bertambah. Ketawadhu’an yang dalam perjalanan ini saya lihat belum pernah saya saksikan sebelumnya.
Selama bersama beliau, Sayyid Hasan Nasrullah menjelaskan tentang masalah perang 33 hari. Inti yang beliau sampaikan adalah kemenangan ini karena inayah dan bimbingan Allah. Kami tidak melakukan apa-apa. Sayyid Hasan Nasrullah dalam perbuatan dan ucapan sangat tawadhu’. Dalam pertemuan saya dengan beliau ada beberapa catatan yang saya buat. Pertama, semangat rendah hati dan tawadhu’ yang luar biasa. Kedua, Iman, tawakal kepada Allah dan keyakinan tauhid yang mendalam. Dan ketiga, Kecintaan luar biasa terhadap Sayyid Ali Khamane’i. Sekalipun telah dikenal sebagai tokoh dunia, Sayyid Hasan Nasrullah tetap menganggap dirinya sebagai salah satu tentara Sayyid Ali Khamane’i. Ini menunjukkan bahwa beliau memang seorang pribadi yang luar biasa dan tidak menonjolkan dirinya.
Selama bersama beliau, seakan-akan saya sedang bersama salah satu dari sahabat Imam Mahdi AF. Seorang yang memiliki nurani, suci dan perwujudan dari segala kebaikan dan nilai-nilai yang kita inginkan. Sifat-sifat inilah yang membuat saya, dari kedalaman hati, memohon agar beliau dipanjangkan umurnya, kesehatan dan mendapat taufik yang lebih besar lagi dari Allah swt. Saya sangat berharap sekali, agar setiap negara Islam memiliki pemimpin seperti ini.
Alhamdulillah dengan perwujudan Imam Khomeini dan pengganti beliau Sayyid Ali Khamane’i, kita memiliki nikmat yang sangat luar biasa, sehingga pribadi besar seperti Sayyid Hasan Nasrullah mengaku sebagai salah satu tentaranya. Kita sering lupa bagaimana Allah memberikan nikmat kepada kita. Pribadi seperti Sayyid Hasan Nasrullah juga adalah pribadi yang besar dan harus dicintai. Semoga Allah menambahkan taufik-Nya kepada Sayyid Hasan Nasrullah. Insya Allah.
Partu Az Sukhan: Sudikah Anda menggambarkan semangat rakyat Lebanon setelah perang yang sulit dan melelahkan?
Ayt. Misbah Yazdi: Saya tidak banyak berhubungan dengan masyarakat, karena hanya sehari kami di Lebanon. Itu pun kami hanya mengunjungi kawasan perang. Namun, yang dapat kami saksikan dari siaran tv Almanar bagaimana rumah-rumah mereka rata dengan tanah. Di Iran sendiri kami menyaksikan itu lewat tv Iran. Banyak orang yang kehilangan tempat tinggalnya, keluarganya gugur dan syahid dalam pertempuran dan begitu juga masalah materi yang banyak mereka temui, namun yang menjadi perhatian adalah wajah-wajah yang tersenyum, berterima kasih kepada Allah dan yang lebih penting lagi adalah kemenangan terhadap musuh berhati setan. Bahkan sebagian kaum Kristiani yang tidak punya kewajiban dalam menutupi auratnya, begitu menunjukkan kecintaannya kepada Sayyid Hasan Nasrullah dan mereka rela dengan apa yang dilakukannya. Kondisi yang demikian yang dibarengi dengan masalah yang dihadapi sangat spesial buat mereka dan saya tidak pernah menemukan kondisi seperti ini di dunia. Bagaimana perang yang begitu menghancurkan dan sangat biadab terjadi, namun rakyat dengan wajah berseri-seri dengan senantiasa bersyukur kepada Allah menjadi pemandangan yang biasa. Mereka merasa menjadi pemenang perang 33 hari dan tidak menganggap kerusakan dan kerugian yang diderita sebagai hal yang harus dipikirkan. Kami juga sempat bertemu dengan para tokoh keagamaan yang kantor, yayasan dan sekolah-sekolah mereka hancur, tapi tidak pernah sedikit pun membicarakan hal itu. Yang dibicarakan hanyalah kemenangan Hizbullah atas Israel dan perlunya kesadaran untuk siap menerima kenyataan dan kemungkinan yang bakal terjadi dikemudikan hari.
Partu Az Sukhan: Bertahun-tahun kekuatan militer Israel dengan bantuan Amerika dan Eropa dipromosikan sebagai tentara tak terkalahkan dan pada prakteknya memang demikian. Negara-negara Arab pernah bersatu untuk menghadapi Israel, namun mereka kalah. Pada perang 33 hari, para pengamat militer dan politik memperkirakan bahwa Hizbullah akan menghadapi nasib yang sama. Apa lagi dengan melihat kemampuan militer Israel. Akan tetapi, apa yang terjadi adalah sebaliknya. Dalam 33 hari Hizbullah mampu menghadapi pasukan Israel dan bahkan keluar sebagai pemenangnya. Apakah Anda sudi membeberkan apa rahasia kemenangan Hizbullah?
Ayt. Misbah Yazdi: Pasukan militer Israel dianggap sebagai pasukan terkuat nomor empat di dunia. Kelihatannya ini terlalu dilebih-lebihkan. Tapi, bahwa pasukan Israel lebih kuat dari pasukan negara-negara Arab itu tidak diragukan lagi. Salah satu buktinya adalah pada perang enam hari pasukan Israel mengalahkan pasukan negara-negara Arab. Dan semenjak waktu itulah pasukan Israel dianggap lebih kuat. Saat ini, Israel diperkuat dengan senjata modern bahkan memiliki senjata nuklir. Bila kita tidak mengatakan bahwa Israel adalah pasukan nomor empat di dunia, setidak-tidaknya harus diakui bahwa Israel memiliki pasukan terkuat di kawasan Timur Tengah. Selain Israel juga memproduksi senjata, mereka juga menggunakan senjata produksi Amerika.
Pada perang 33 hari, Amerika dan negara-negara bonekanya di Timur Tengah membantu Israel. Di sini jelas sekali bahwa telah ada rencana sebelumnya untuk menghancurkan Hizbullah. Rencana ini akhirnya memang membuat sebagian negara-negara Arab ikut serta dalam menghancurkan Hizbullah. Bahkan tidak itu saja, secara terang-terangan mereka menjanjikan untuk menjamin bahan bakar pesawat tempur Israel. Ala kulli hal, rencana yang disiapkan telah sempurna untuk menghancurkan Hizbullah.
Serangan Hizbullah terhadap pasukan Israel yang berhasil menyandera dua orang tentara Israel dengan tujuan menukarnya dengan tahanan Lebanon dan Palestina di penjara-penjara Israel. Penyanderaan ini membuat rencana yang telah dibuat matang itu harus dimajukan. Dan bila mereka tidak menyerang, tentu persiapan lebih matang. Mungkin ini sebuah tanda bagi kemenangan Hizbullah.
Sementara mengapa segala persiapan dan bala bantuan Amerika tidak membuat mereka memenangkan perang melainkan Hizbullah, buat kita kaum muslimin dan khususnya Syi’ah merupakan hal yang mudah dan telah selesai. Dalam teks-teks al-Quran disebutkan bahwa kemenangan tidak terletak pada kekuatan militer atau kekuatan pasukan dan strategi perang. Iradah dan kehendak Allah yang berada di atas segala-galanya. “Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah” (2:249). Tentunya, perbuatan Allah dibarengi dengan hikmat dan kebijaksanaan. Allah tidak begitu saja membuat sebuah kelompok menang dan membuat kelompok lain kalah. Untuk menang ada syaratnya dan bila syarat-syarat itu terpenuhi, Allah yang akan menurunkan kemenangan dan musuhakan dikalahkan. “Iya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa” (3:125) Ada dua syarat paling penting yang bila dipenuhi kaum muslimin dapat mempergunakan kemenangan yang dijanjikan Allah. Satu, kesabaran dan perlawanan. Dan yang kedua adalah ketakwaan. Bila kaum muslimin memiliki ketakwaan, menjaga dan menjalankan syariat ilahi, tujuannya adalah menjunjung kebenaran bukannya mengikuti hawa nafsu dan disertai dengan kesabaran, niscaya Allah akan menolong mereka.
Contoh paling jelasnya seperti yang terjadi di zaman permulaan Islam. Perang Badr dan lainnya bisa menjadi contoh. Di masa kini, perang dan kemenangan Iran melawan Irak dan paling anyar adalah perang dan kemenangan Hizbullah atas Israel. Dengan penjelasan di atas, sesuai dengan logika al-Quran, dua sebab yang menjadi kunci kemenangan mereka; pertama semangat ketakwaan dan tawakal kepada Allah dan kedua, perlawanan dan kesabaran.
Partu Az Sukhan: Bagaimana Anda menilai peran Wali Faqih Ayatullah Sayyid Ali Khamane’i dalam kemenangan Hizbullah?
Ayt. Misbah Yazdi: Saya tidak punya informasi detil tentang masalah ini. Namun, Sayyid Hasan Nasrullah sendiri menyampaikan hal ini pada saya. Setelah penyanderaan dua tentara Israel dan kemudian Israel mulai menyerang Lebanon dan Hizbullah dibombardir secara biadab oleh Israel, membuat banyak kerugian di pihak Syi’ah. Kerugian ini memunculkan pertanyaan di benak sebagian dari teman-teman Hizbullah. Apa akibat yang telah kita lakukan? Bukan saat yang tepat kita menawan dua tentara Israel. Apa yang kita lakukan mengakibatkan kerugian yang luar biasa… Sebagian mulai terlihat ragu-ragu. Setelah dua hari, kami menerima surat dari Wali Faqih Sayyid Ali Khamane’i bahwa Israel sejak awal punya tujuan untuk membumihanguskan Hizbullah di musim gugur. Dan pada waktu itu kalian pasti akan musnah. Namun, apa yang kalian lakukan telah membuat mereka tidak dapat melakukan persiapan dengan sempurna. Mereka terpaksa menyerang lebih cepat dari rencana yang telah disiapkan. Dalam pesan itu tertulis bahwa kalian akan menjalani perang yang luar biasa dahsyat dan sulit. Bila kalian melakukan perlawanan dan bertahan, niscaya kalian akan menang.
Sayyid Hasan Nasrullah melanjutkan bahwa pesan Wali Faqih ini sering diulang-ulangi dalam pidatonya tanpa menyebutkan nama beliau. Dengan penuh keyakinan kami melakukan manuver pada pesan itu yang pada akhirnya memberikan semangat baru kepada pejuang Hizbullah. Mendengar itu mereka semakin pasti untuk melawan dan bertahan bahkan di kawasan yang sangat sulit, kami sempat memerintahkan kepada pejuang Hizbulah untuk mundur sebagai taktik, tapi mereka menjawab, “Bila ini adalah perintah, maka kami akan menaatinya. Namun, bila ini bukan perintah dan kami diberikan pilihan, maka kami lebih memilih untuk tetap di sini dan melakukan perlawanan”. Mereka bertahan dan betul-betul mengalami cobaan yang sangat berat dan akhirnya kesabaran itu berbuahkan kemenangan. Menurut Sayyid Hasan Nasrullah, pesan Wali Faqih sangat berpengaruh dalam kemenangan ini.
Partu Az Sukhan: Kemenangan Hizbullah di kawazan Timur Tengah membuat peta kekuatan dunia berubah. Anda sendiri bagaimana melihat kemenangan Hizbullah dan kondisi pengikut Ahli Bayt di kawasan Timur Tengah dan dunia?
Ayt. Misbah Yazdi: Kemenangan ini tentunya tidak atas nama sebuah kelompok bernama Hizbullah di Lebanon. Ini adalah kemenangan Syi’ah dan Islam menghadapi hegemoni super power dunia dan dampaknya dapat disaksikan di seluruh dunia. Pengaruh ini bahkan sampai pada kelompok-kelompok yang secara akidah dan prinsip-prinsip berpikir berbeda serta kebijakan politiknya berbeda dengan Hizbullah. Mereka larut dalam semangat Hizbullah bahkan di sebagian tempat mereka juga mengucapkan yel-yel “Nahnu Kulluna Syi’ah” (kami semua Syi’ah). Tidak diragukan lagi bahwa kemenangan ini tidak sekadar kemenangan militer. Ini sebuah kemenangan ide, keyakinan dan mazhab buat Syi’ah dan Islam dalam menghadapi super power dunia yang zalim.
Dari sisi lain, kita dapat memahami penting masalah ini. Ini adalah jalan yang ditunjukkan oleh Imam Khomeini. Musuh senantiasa merusak apa yang menjadi sandaran mereka. Imam mengerti bahwa masalah ini sangat penting. Setelah kemenangan ini, bahkan pada sebagian besar negara-negara Islam, dimulai serangan yang lebih dahsyat terhadap Syi’ah dan Iran sebagai pusat Syi’ah. Rencana-rencana busuk secara umum dirancang dan dieksekusi untuk melemahkan Iran dan Syi’ah. Pada akhirnya, Simon Perez secara terbuka mengeluarkan statemen bahwa strategi Amerika dan Israel di Iran adalah membuat perpecahan dan perselisihan. Artinya, kami telah putus asa dengan rencana yang sudah-sudah. Hanya inilah cara yang paling bisa dilakukan untuk menyelamatkan diri mereka.
Bahaya paling besar yang menghantui mereka sekarang ini adalah kebesaran dan kemuliaan Iran dan Syi’ah di mata dunia. Yakni, Syi’ah adalah ancaman buat masa depan mereka. Berdasarkan ini, Kemenangan ini jangan ditangkap sekadar kemenangan militer, melainkan kemenangan budaya Syi’ah. Dampak nyatanya adalah di semua negara-negara Islam ada sebuah arus besar untuk memahami Syi’ah dan adanya rasa kecintaan kepada Hizbullah, khususnya terhadap pribadi Sayyid Hasan Nasrullah.
Partu Az Sukhan: Sudikah Anda menceritakan apa yang paling berkesan dalam perjalanan ini?
Ayt. Misbah Yazdi: Buat saya, tidak ada yang paling berkesan kecuali ketika bertemu dengan Sayyid Hasan Nasrullah. Sebelumnya, saya sudah mengenal perilaku, pribadi, ketakwaan, tawakal dan keberaniannya. Namun kali ini, tawakal dan kepasrahannya kepada Allah dan hanya Allah yang dilihatnya serta tidak memperhitungkan dirinya adalah yang paling mengesankan.
Beberapa Kisah Pertempuran dan Pertolongan Allah dari Ayt. Misbah Yazdi yang disampaikan langsung oleh Sayyid Hasan Nasrullah:[2]
Banyak cerita yang terjadi di zaman permulaan munculnya Islam. Kejadian yang menunjukkan mukjizat ilahi. Mengenai perang Badr, Ayat al-Quran turun “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badr , padahal kamu adalah ( ketika itu ) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (3:123). Dan ayat “( Ingatlah ), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut- turut)” (8:9). Bagaimana al-Quran dengan kewibawaannya menceritakan turunnya para malaikat. Namun, menurut pemahaman saya yang dangkal ini, cerita yang terjadi dalam perang 33 hari lebih agung dan besar. Sebagian cerita ini saya sempat mendengarkannya lewat orang lain ketika beliau datang ke Iran dan akhirnya mendengar langsung dari Sayyid Hasan Nasrullah. Buat saya, mempercayai cerita-cerita ini sangat sulit.
1. Cerita pertama ini pernah saya dengar di Iran lewat orang lain yang disampaikan ketika Sayyid Hasan Nasrullah ke Iran. Ceritanya tentang debat atau wawancara yang dilakukan dengan seorang tentara atau komandan yang disiarkan oleh TV Israel. Ini sebuah dialog yang hakikatnya merendahkan mereka sendiri, tapi tidak dipahami ke sana. Komandan pasukan ini meyakini bahwa musuh yang dihadapinya, Hizbulah, adalah orang-orang yang percaya akan khurafat dan takhayul. Ketika kami mendekati pasukan Hizbullah dan menguasai keadaan dan dengan maksud menghancurkan mereka, tiba-tiba muncul beberapa orang dengan berpakaian putih menuju ke arah kami sambil membawa pedang. Orang-orang seperti inilah yang menghadapi kami dengan segala peralatan modern. Dengan gaya melecehkan mereka, kami menembak ke arah mereka.
Namun, yang terjadi adalah setiap tembakan kami tidak menyentuh mereka. Ada yang datang mendekat dan memotong tangan saya. Tangannya terpotong tinggal sikut dan itu ditunjukkan ke televisi sambil berkata bahwa tangan saya dipotong dengan senjata pedang. Mereka yang melakukan ini adalah orang-orang yang berpakaian putih-putih. Lihatlah, bagaimana Allah dengan kekuasaannya membuat hal ini disiarkan di televisi Israel.
2. Cerita ini disampaikan langsung oleh Sayyid Hasan Nasrullah. Dan menurut saya, cerita ini sangat penting. Beliau sendiri berkata bahwa selama perang 33 hari, pasukan Hizbullah tidak melakukan apa-apa. Kami tidak berperang, semuanya adalah bantuan Allah. Beliau kemudian menukilkan cerita bahwa salah seorang dari komandan pasukannya, yang tidak diingat namanya, berada di sebuah kawasan yang sangat sulit. Mereka bukanlah pasukan modern yang memiliki senjata dan amunisi lengkap. Yang dimiliki hanyalah sebuah peluncur roket panggul atau maksimalnya dibarengi dengan roket Katyusha. Dengan peralatan sederhana ini mereka menyerang pasukan Israel.
Serangan yang dilakukan hanya pada waktu siang hari dan bila diserang mereka tidak akan mampu bertahan lama. Ketika itu, pasukan Israel bersiap menyerang pada malam hari. Mereka telah menurunkan pasukannya berhadap-hadapan dengan front terdepan Hizbullah. Usaha mereka adalah mengepung pasukan Hizbullah yang tidak memiliki teropong malam. Karena tidak memiliki senjata penangkal udara dan alat untuk melihat malam, maka tidak ada yang dapat dilakukan. Salah seorang dari komandan Hizbullah sangat sedih melihat kondisi pasukannya, karena selain itu juga amunisi telah habis. Dalam kondisi genting dan di tengah kegelapan malam, akhirnya ia tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi bertemu dengan Sayyidah Zainab, putri Imam Ali bin Abi Thalib as.
Dalam pertemuan itu ia menjelaskan keadaan yang sangat genting sambil tidak lupa agar meminta agar ditolong karena bila kondisi ini terus berlangsung, maka semua anggotanya bakal habis. Dalam mimpinya ia memaksa agar segera dibantu. Sayyidah Zainab berkata bahwa jangan khawatir karena segalanya akan berjalan lancar. Namun, karena terus didesak, akhirnya beliau menunjukkan kepada seorang wanita. Ia mengatakan bahwa saya mengenalnya dan itu adalah Sayyidah Fathmah az-Zahra (putri Rasul dan ibunda Zainab biti Ali .red). Setelah mendekat dan mengulang kembali permohonannya agar anggota pasukannya ditolong karena tidak ada lagi yang dapat diandalkan. Sayyidah Zahra berkata agar kami berdoa dan segalanya akan berjalan lancar.
Tapi saya masih terus memaksa agar beliau melakukan satu hal yang dapat menyelamatkan mereka. Hasilnya, beliau kemudian mengeluarkan sapu tangannya dan menggerak-gerakkannya, setelah itu beliau berkata, “Pergilah! Segalanya telah selesai”. Setelah diberi perintah demikian ia lalu terbangun. Ketika terbangun ia melihat sebuah helikopter hancur berkeping-keping. Ia lalu bertanya kepada, “Apa yang sedang terjadi? Setelah itu ia menuju pos tempat berkumpul anggota pasukannya dan bertanya apa yang terjadi? Ada yang menjawab bahwa kami sedang duduk-duduk, tiba-tiba saya bangkit untuk menembak. Ketika saya akan menembak, tiba-tiba helikopter itu terbakar dan meledak. Masalahnya di sini, bukannya helikopter yang hancur berkeping-keping, tapi pasukan Israel menjadi yakin bahwa kami memiliki teropong untuk melihat malam dan memiliki senjata yang dapat menembak mereka pada malam hari. Dengan perhatian yang diberikan oleh Sayyidah Zahra as, bukan saja helikopter meledak, tapi mereka tidak lagi berani menyerang karena percaya kami dapat melihat mereka pada malam hari dan memiliki senjata yang dapat menembak mereka pada malam hari.
3. Cerita ini juga disampaikan langsung oleh Sayyid Hasan Nasrullah. Di lini terdepan ada pasukan yang sangat percaya diri dapat bertahan melawan serangan Israel. Sayyid Hasan Nasrullah sempat memerintahkan mereka untuk mundur sebagai taktik karena amunisi juga telah habis, bahkan bukan itu saja karena persediaan makanan juga telah habis. Setelah kami perintahkan agar mundur, mereka bertanya apakah ini sebuah perintah? Bila ini adalah perintah kami akan menaati dan akan mundur. Namun, bila kami diberi izin, maka kami akan tinggal di sini. Kami masih ingin bertahan dan melakukan perlawanan di sini. Sayyid Hasan Nasrullah menjawab, “Terserah kalian”. Banyak dari mereka yang syahid dalam usahanya mempertahankan kawasan itu. Israel menurunkan pasukan penerjunnya dan pasukannya di tempatkan tepat di depan mereka yang dipisahkan oleh sungai. Israel sangat ingin menguasai kawasan ini dan menjadikannya batas teritorialnya dengan Lebanon.
Pasukan penerjun diturunkan di belakang pasukan Hizbullah dan di depannya pasukan Israel yang terpisah oleh sungai. Mereka terjepit oleh dua pasukan. Kedua pasukan Israel yang berusaha menjepit pasukan Hizbullah dan bersiap untuk menghancurkan mereka. Dalam kondisi seperti ini, mereka masih berhasil melakukan hubungan dengan pasukan Hizbullah lainnya untuk menyerang pasukan yang tengah mengurungnya. Tapi jawaban yang diterima adalah kami juga telah kehabisan amunisi. Namun, ketika itu mereka tidak mendengar dengan jelas bahwa jawaban dari pasukan Hizbullah yang lain adalah kalian jangan terlalu mengandalkan kami, karena kami juga telah kehabisan amunisi.
Ketidakmengertian ini terjadi karena sandi yang dikirimkan tidak terbaca dengan baik. Tapi sesaat kemudian, tepat di lokasi pasukan Israel terdengar suara-suara ledakan, sepertinya mereka diserang dengan hebat dengan persenjataan artileri berat. Setelah pasukan Israel kocar-kacir, mereka kemudian mengirim sandi kepada pasukan lainnya bahwa apa serangan kalian tepat mengenai sasaran. Pasukan itu malah bertanya kapan kami menyerang mereka? Kami tidak memiliki apa-apa sehingga dapat menembak mereka. Yang dipahami oleh pasukan yang terjepit dari sandi yang dikirim waktu itu adalah, “iya kami akan menyerang mereka, dan kami melihat bahwa kalian menghujani mereka dengan hebat yang membuat mereka melarikan diri”. Tidak ada yang tahu, serangan dan tembakan itu berasal dari mana. Bagaimana sampai pasukan Israel takut dan melarikan diri kembali ke pangkalannya tidak ada yang tahu. Yang terpenting adalah mereka tidak kembali lagi ke kawasan itu. Kemenangan Hizbullah dalam perang 33 hari seperti kemenangan yang seperti ini. [Saleh Lapadi / ISLAT]
sabar,bertahan,tawakal dan taqwa dan mengikuti ajaran islam yang sebenarnya seperti yang diperintahkan dan dibawa oleh Rosulallah Muhammad Saw, adalah kunci kemenangan pasukan Hizbullah dan Syiah