Padahal kita semua tahu bahwa pemerintahan kala Yahya bin Mu’in hidup adalah pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah yang muslim, bukan kafir. Lantas kenapa Yahya bin Mu’in melakukan taqiyah terhadap sesama muslim karena khawatir tekanan mereka?
——————————————–
Taqiyah Identik dengan Kemunafikan?
Para penulis anti syiah sering mengidentikkan anta taqiyah dengan kemunafikan. Padahal jika dilihat dari definsinya saja nscaya kita akan tahu perbadaan antara keduanya. Taqiyah adalah; menyembunyikan kebenaran (kebaikan) dan menampakan kekafiran (kejelekan), sedang kemunafikan adalah; menyembunyikan kekafiran (kejelekan) dan menampakkan kebenaran (kebaikan).
Walaupun legalitas (masyru’iyat) taqiyah diambil dari ayat 28 dari surat Aali Imran (الا ان تتقوا منهم تقاة) sejarah peristiwa sahabat Ammar bin yasir yang dipaksa oleh kaum musyrikin Quraisy untuk keluar dari agama Islam dan mencaci Rasul. Walaupun sahabat Ammar secara zahir melakukan hal tersebut, namun hatinya masih menyimpan keimanan kepada ajaran dan pribadi Rasul. Hingga Rasulpun –dengan persetujuan Allah SWT- mengizinkan dan memperbolehkan perbuatan tersebut.
Namun yang menjadi masalah adalah, apakah diperbolehkan bertaqiyah dengan sesama muslim? Kita akan melihat nukilan Fakhrur Razi dalam penafsiran ayat 28 dari surat Allai Imran di atas. Dalam kitab tafsir beliau, Fakhrur Razi menyataan: “Zahir ayat menunjukan bahwa Taqiyah diperbolehkan hanya diperbolehkan terhadap orang kafir yang kuat. Namun menurut mazhab Syafi’i dinyatakan bahwa jika kondisi pertikaian antara sesama kaum muslimin sebagaimana pertikaian antara kaum muslimin dan kafir maka diperbolehkan bertaqiyah, untuk menjaga jiwa (dari ganguan pihak lain .red)” (at-Tafsir al-Kabir jilid 8 halaman 13) Imam adz-Dzahabi dalam membela sepakterjang Yahya bin Mu’in dalam kasus “al-Quran Khaliq yang terdahulu (qadim) atau Makhluk yang baru (haadis)?” maka beliau mengatakan: “Ini adalah kasus yang menyulitkan dan tidak ada kelongaran bagi siapapun yang ingin menjawab dalam kasus (al-Mihnah) itu. Bahkan bagi orang yang dipaksa untuk mengakui kekafiran sekalipun. Itu semua untuk mengamalkan ayat ini. Hal (penerapan ayat .red) itu adalah benar, sedang Yahya -rahimahullah- adalah salah seorang dari Imam as-Sunnah. Dikarenakan khawatir atas tekanan pemerintah maka ia melakukan taqiyah” (Siar A’laam an-Nubala’ jilid 11 halaman 87).
Padahal kita semua tahu bahwa pemerintahan kala Yahya bin Mu’in hidup adalah pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah yang muslim, bukan kafir. Lantas kenapa Yahya bin Mu’in melakukan taqiyah terhadap sesama muslim karena khawatir tekanan mereka? Jika taqiyah terhadap sesama muslim dilarang secara mutlak –sebagaimana kritisi para anti Syiah- lantas kenapa ada beberapa ulama Islam seperti Imam adz-Dzahabi membenarkan prilaku Yahya bin Mu’in yang disebut sebagai salah satu Imam Ahlusunah wal Jama’ah? Jika taqiyah sama dengan (identik) kemunafikan, mungkinkan seorang Imam Ahlusunah wal Jamaah melakukan kemunafikan? Dan apakah mungkin kemunafikan semacam itu juga disetujui oleh ulama-ulama mazhab yang terkenal seperti adz-Dzahabi dan Fakhrur Razi? Masihkah kita hendak mengatakan bahwa Syiah munafik karena bertaqiyah? [FI]
Yup, sebenarnya taqiyah untuk menjaga diri dari intimidasi pihak luar itu adalah suatu yang aksiomatis. Para anti Syiah yang mengatakan hal itu sendiri asti akan bertaqiyah sewaktu dihadapkan pada kondisi tekanan yang kuat, walau dari sesama muslim sekalipun. Bener gak?
Mengapa sekarang saya cenderung mendekati Syiah ? karena di masyarakat Sunnah itu selalu saja menghujat Syiah dan seakan tidak secuilpun ada kebaikan dari Syiah. Sebagaimana orang Barat melihat Islam all are negative!.
terus terang Taqiyah ini yang menjadi sumber keraguan akan ajaran syiah karena saya mengkhawatirkan adanya ajaran-ajaran rahasia yang disembunyikan dari publik dan ini dibenarkan oleh ajaran agama syiah. Misalnya saya pernah membaca dibeberapa situs syiah bahwa quran syiah itu sama dengan yang dipegang oleh sunni tetapi di web syiah lain ada yang menuduh bahwa quran yang ada dikalangan sunni sudah dikurangi dan diubah, kurangnya keterbukaan ini yang menimbulkan keraguan bahwa ucapan dan perbuatan kalangan syiah belum tentu sama dengan didalam. Terima kasih
——————————————————-
Islam Syiah:
Kecurigaan anda tidak beralasan. Karena Syiah memiliki konsep yang jelas tentang Taqiyah, gak sembarang praktik. Masalah al-Quran sudah jelas. Selama ini peng-isu bahwa Syiah punya Quran sendiri hanya bersumber dari hadis yang memiliki beberapa pengertian. Padahal kalau mau jujur, selain mereka (pengisu) hingga detik ini tidak pernah dapat membuktikan secara riil bahwa Syiah memiliki Quran sendiri -baik dengan membawakan Quran Syiah yang konon lain itu, ataupun berkunjung ke negara Syiah seperti di Iran, dan Quran rujukan ulama Syiah-, tetapi lagi-lagi mereka hanya kembali ke riwayat. Kalau mau jujur, harusnya ikhwan Ahlusunnah yang TERLANJUR menganggap Bukhari dan Muslim sebagai kitab Sahih yang tidak bisa digangu-gugat itulah yang harus/terpaksa meyakini adanya perobahan (tambah-kurang) dalam al-Quran, karena keberadaan riwayat dalam dua kitab sahih itu tentang perobahan. Sedang Syiah tidak mengakui adanya kita sahih, walaupun karya al-Kulaini. Untuk lebih lanjut, baca tentang artikel al-Quran di sini.
mari kita buka mata dan hati kita untuk dengan jujur melihat realitas kebenaran itu. Karena kebenaran selalu berputar bersama Ali bin Abi Thalib a.s.
Lebih baik dianggap sesat tetapi benar daripada dianggap benar tetapi sebenarnya tidak tahu apa2. seperti pepatah ” Air beriak tanda tak dalam.” Kita selalu dianggap ahli bid’ah tetapi yg mengatai kita ternyata lbh bid’ah, ini contoh kecil dlm syari’at. dan saya lbh meyakini lagi itu lbh karena mereka sebnarnya ketinggalan ilmu dan hanya berkutat didasar saja. Lebih senang menunjukkan ibadahnya daripada menyembunyikan keimanannya, Semoga sholawat serta salam selalu berlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAWW.
taqiyah=munafik